Paten 22 Batik Tradisi

Pemerintah Kota Semarang telah mendaftarkan hak paten terhadap sebanyak 22 motif batik Semarang untuk menjaga batik sebagai warisan budaya Indonesia yang juga telah diakui oleh UNESCO.

"Pematenan ini (motif batik Semarang, red.) dilakukan secara kolektif oleh Disperindag untuk melindungi para pengrajin Semarang dari klaim sepihak dari pihak lain," kata Kepala Disperindag Kota Semarang, Arief Moelia Edi, Jumat (2/10).

Namun, kata dia, akibat terkendala biaya pematenan yang cukup mahal sekitar Rp1-2 juta untuk pematenan satu motif batik, maka ratusan motif batik Semarang lainnya harus menunggu giliran untuk mendapatkan pematenan serupa.

Menurut dia, pematenan motif batik Semarang tersebut mendesak untuk dilakukan, mengingat persaingan industri batik saat ini sedang booming, sehingga diperlukan langkah untuk melindungi motif batik Semarang.

Apalagi, kata dia, sifat khas batik Semarang saat ini telah cukup mencuri perhatian masyarakat, dibuktikan dengan melonjaknya permintaan.

"Bahkan, batik Semarang sudah mulai dikenal di luar negeri menyusul batik Surakarta, Yogyakarta, dan Pekalongan," katanya.

Ia mengatakan, pakem batik memang menggunakan motif flora-fauna, namun sekarang batik Semarang sudah banyak berkembang menggunakan motif ikon Kota Semarang, di antaranya Tugu Muda, Lawang Sewu, dan Asem.

"Terlebih lagi, motif batik Semarang sekarang semakin bertambah unik dengan adanya motif Legenda Hantu Lawang Sewu, Legenda Jatingaleh, dan sebagainya," katanya.

Untuk lebih mengembangkan batik, lanjut dia, pihaknya sudah menyusun sejumlah agenda, di antaranya pelatihan-pelatihan yang ditujukan untuk masyarakat umum, atau para pengrajin dalam membuat motif.

"Sebagai upaya sosialisasi, kami baru saja menyelesaikan buku Sejarah Batik Semarangan yang digarap oleh tim Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) dengan harapan masyarakat lebih mengenal produk batik dari kotanya," kata Arief.

Arief menilai, perkembangan industri batik di Kota Semarang saat ini menunjukkan perkembangan yang berarti dan terdapat sekitar 32 pengusaha batik Semarangan yang telah rutin memasarkan produknya.

Disinggung tentang pengrajin yang mengakui bahwa batik Semarang miskin motif, ia membantahnya, karena saat ini banyak motif-motif batik Semarang yang muncul.

Selain itu, ia juga membantah ketika ditanya batik Semarang lebih mahal dibandingkan batik-batik kota lain, sebab harga batik disesuaikan dengan bahan dan proses pembuatan, kalau batik tulis tentu lebih mahal dibanding batik cap.

"Kami akan terus menggalakkan pelatihan kepada para pengusaha batik, baik berkaitan dengan proses pembuatan, penciptaan keragaman motif, sampai pada perekrutan tenaga kerja," kata Arief. (inilah.com)

0 komentar: